Pengertian, sejarah dan para tokoh tasawuf

MAKALAH
PENGERTIAN, SEJARAH DAN PARA TOKOH TASAWUF

Makalah ini di buat guna memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen : Agus salim. M.Pd,i
http://tutorialkangasep.files.wordpress.com/2013/04/logostai_fx1-copy.jpg
















Di susun oleh:
Syarofatul hasanah






JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM H. AGUS SALIM
( STAI HAS )

CIKARANG
2015

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohim.
          Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, serta sholawat salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Kami bersyukur karena telah dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pengertian, sejarah dan tokoh-tokoh tasawuf “ guna sebagai tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf.
          Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfa’at bagi orang lain, apabila ada kesalahan dalam tulisan kami, kami memohon maaf, karena segala kekurangan dan kesalahan adalah sebagian dari sifat manusia, sedangkan segala kesempurnaan hanyalah milik Allah ‘azza wajalla saja. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.




Cikarang barat, 11 oktober 2015



Penyusun












i







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................      i
DAFTAR ISI........................................................................................................................       ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................       1
A.    Latar belakang......................................................................................................     1
B.     Rumusan masalah................................................................................................      1
C.     Tujuan pembahasan.............................................................................................      1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................       2
A.     Sejarah Tasawuf...................................................................................................     2
B.     Pengertian Tasawuf.............................................................................................      3
C.     Tokoh ulama Tasawuf..........................................................................................     6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................     12
Kesimpulan............................................................................................................................     12



ii







BAB  I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu aspek (esoteris) Islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan tuhan-Nya. Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan abad III Hijriyyah oleh abu Hasyimal-Kufi (w. 250 H.) dengan meletakkan al-Sufi dibelakang namanya. Dalam sejarah islam sebelum timbulnya aliran tasawuf, terlebih dahulu muncul aliran zuhud. Aliran zuhud timbul pada akhir abad I dan permulaan abad II Hijriyyah.
Sejarah islam dan berbagai cabangnya, termasuk sejarah tasawuf dan pengikutnya sangat penting untuk diperkenalkan dan dibahas, diantaranya adalah mengenai tokoh-tokoh dari ajaran tasawuf di Indonesia ini. Tasawuf terus mengalami perkembangan dan memberi pengaruh penting di Indonesia. Sejak permulaan sejarah Islam di wilayah tersebut hingga hari ini. Akan tetapi, selama beberapa abad permulaan sejarah itu terutama pada abad ke-10 H/ 16 M dan ke-11/ 17 m tasawuf memainkan terbesar dan paling menentukan dalam membentuk pandangan religius, spiritual, dan intelektual di kepulauan Indonesia
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah permulaan dan perkembangan dari tasawuf ?
2.      Apakah pengertian dari tasawuf ?
3.      Siapa sajakah para tokoh-tokoh ulama tasawuf ?

C.  Tujuan Pembahasan
1.      Mengetahui sejarah dari tasawuf.
2.      Dapat memahami dan mengerti pengertian dari tasawuf.
3.      Mengetahui para tokoh ulama tasawuf.

BAB  II
PEMBAHASAN

A.  Sejarah Permulaan dan Perkembangan Tasawuf
1.    Pengenalan Tasawuf
Menurut sejarah, orang yang pertama kali memakai kata “sufi” adalah Abu Hasyim al Kufi (zahid Irak, w. 150). Sedangkan menurut Abdul Qosim Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talha bin Muhammad al Qusyairi (tokoh sufi dari Iran 376-465 H), istilah ”tasawuf” telah dikenal sebelum tahun 200 H. Tetapi ajaran pokok yang selanjutnya merupakan inti tasawuf itu baru muncul secara lengkap pada abad ke 3 Hijriyah. Pada abad ke 2 Hijriyah itu belum diketahui adanya orang-orang yang disebut sufi; yang terlihat adalah aliran Zuhud (penganutnya disebut zahid).
Seperti diketahui dalam sejarah, para zahid besar dalam abad ke 2 H. (seperti al Hasan al Basri, abu Hasyim al Kufi, Sufyan as Sauri, Fudail bin Iyad, Rabi’ah al Adawiyah dan Makruf al Karkhi) dan lebih-lebih lagi mereka yang hidup pada abad-abad berikutnya (seperti al Bistaami, al Halaj, Junaid al Bagdadi, al Harawi, al Gazali, Ibn Sab’in, Ibni Arabi, abu al Farid, Jalaluddin ar Rumi) telah mengolah atau mengembangkan sikap atau emosi agama dalam hati mereka dengan kesungguhan yang luar biasa. Sebelum munculnya Ar Rabbi’ah al Adawiyah (w.185 H) tujuan tasawuf yang diupayakan oleh para zahid menurut penilaian para ahli, tidak lain dari terciptanya kehidupan yang diridhai oleh Tuhan didunia ini, sehingga di akhirat terlepas dari azab Tuhan (neraka) dan memperoleh surga-Nya.
Untuk tiba pada identifikasi akhir tasawuf dengan thariqah, yang kita ketahui terjadi pada abad ke 3 H, kita harus meneliti apa yang sebenarnya terjadi dalam tradisi Islam yang mengakibatkan timbulnya tasawuf. Ada sejumlah peristiwa yang berlangsung pada masa itu, yang kesemuanya membuat tasawuf mengemuka:
a)    kecenderungan mencampuradukan asketisme dengan jalan itu.
b)   Semakin mantapnya aliran-aliran yurisprudensi eksetorik.
c)    Pernyataan-pernyataan kaum syi’ah mengenai para imam.
d)   Munculnya filsafat Islam.
e)    Meningkatnya formalism ahli-ahli hokum.
f)    Tuntutan untuk memastikan bahwa pesan integral dari wahyu.
Sejak saat itu dikaitkan dengan tasawuf. Jika diperhatikan keenam hal tersebut, kelihatan kaitan erat dengan kemunculan tasawuf.

2.    Perkembangan Tasawuf
Jauh sebelum lahirnya agama islam, memang sudah ada ahli Mistik yang menghabiskan masa hidupnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan-Nya antara lain terdapat pada India Kuno yang beragam Hindu maupun Budha. Orang-orang mistik tersebut dinamakan Gymnosophists oleh penulis barat dan disebut al-hukama’ul uroh oleh penulis Arab.
Selanjutnya dapat dikemukakan beberapa nash yang mengandung ajaran tasawuf yaitu:
a)        Nash-nash al-qur’an, antara lain QS; Al-Ahzab ayat 41-42 yang artinya:
“ Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah dengan menyebut nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya di waktu pagi dan petang”.
b)        Nash-nash hadits yang antara lain artinya berbunyi:
” Bersabda Rosulullah saw: takutilah firasat orang-orang mu’min, karena ia dapat memandang dengan nur (petunjuk Allah). H.R Bukhari yang bersumber dari Abi Sa’id Al-Khudriyyi.
Kehidupan Rosulullah saw yang menggambarkan kehidupan sebagai sufi yang sangat sederhana, karena beliau menjauhkan dirinya dari kehidupan mewah, yang sebenarnya merupakan amalan zuhud dalam ajaran Tasawuf.

B.  Pengertian Tasawuf
Secara bahasa tasawuf diartikan sebagai Sufisme (bahasa arab: تصوف ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam. Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah keluar rumah dengan warna muka yang lain dari biasanya, tiba-tiba beliau bersabda:

ذَهَبَ صَفْوُ الدّنيَا وَبَقِيَ الكَدَرُ، فَالْمَوْتُ اليَوْمَ تُحْفَةٌ لِكُلّ مُسْلِمٍ  (رَوَاهُ الدّارَقُطْنيّ)

“Kemurnian dunia telah pergi, dan hanya tersisa kekeruhan, maka kematian hari ini adalah harapan berharga bagi seorang muslim” (HR. ad-Daraquthni)

Dalam hadits ini disebutkan kata “shafw ad-dunyâ”. Kata “shafw” dimungkinkan sebagai akar dari kata “tasawuf”. Oleh karenanya di kemudian hari, di antara landasan pokok dalam ajaran tasawuf adalah nilai-nilai yang terkandung dalam hadits ini, yaitu dari sabda Rasulullah bahwa kematian adalah “pembendaharaan” yang ditunggu-tunggu dan paling berharga bagi seorang muslim. Dari pemahaman hadits ini kemudian dikenal istilah tasawuf.
Dengan kata lain Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin untuk memporoleh kebahagian yang abadi.
Sedangkan pengertian tasawuf menurut beberapa ulama adalah :
1.    Imam al-ghazali
Imam Ghazali berkata tentang tasawuf : “Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, hal. 131].
2.    Dr. Yusuf al-qardhawi
(Ketua Ulama Islam Internasional dan juga guru besar Universitas al Azhar – Beliau merupakan salah seorang ulama Islam terkemuka abad ini).
didalam kumpulan fatwanya mengatakan : “Arti tasawuf dalam agama ialah memperdalam ke arah bagian ruhaniah, ubudiyyah, dan perhatiannya tercurah
seputar permasalah itu.
Beliau juga berkata: “Mereka para tokoh sufi sangat berhati-hati dalam meniti jalan di atas garis yang telah ditetapkan oleh Al-Qur,an dan As-Sunnah. Bersih dari berbagai pikiran dan praktek yang menyimpang, baik dalam ibadat atau pikirannya. Banyak orang yang masuk Islam karena pengaruh mereka, banyak orang yang durhaka dan lalim kembali bertobat karena jasa mereka. Dan tidak sedikit yang mewariskan pada dunia Islam, yang berupa kekayaan besar dari peradaban dan ilmu, terutama di bidang marifat, akhlak dan pengalaman-pengalaman di alam rohani, semua itu tidak dapat di ingkari”.
3.    Imam syafi’i
Ulama besar pendiri mazhab Syafi’i berkata, “Saya berkumpul bersama orang-orang sufi dan menerima 3 ilmu:
1)   Mereka mengajariku bagaimana berbicara
2)   Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati
3)   Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf “.
(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, juz 1, hal 341).
4.    Imam maliki
(Malik bin Anas - Ulama besar pendiri mazhab Maliki) juga murid Imam Jafar as Shadiq ra, mengungkapkan pernyataannya yang mendukung terhadap ilmu tasawuf sebagai berikut.

“Man tasawaffa wa lam yatafaqa faqad tazandaqa, wa man tafaqaha wa lam yatasawaf faqad tafasaq, wa man tasawaffa wa taraqaha faqad tahaqaq”.

Yang artinya : “Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fiqih maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fiqih tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dengan disertai fiqih dia meraih Kebenaran dan Realitas dalam Islam.” (’Ali al-Adawi dalam kitab Ulama fiqih, juz 2, hal. 195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan).
5.    Imam nawawi
Dalam suratnya al-Maqasid: “ ciri jalan sufi ada 5 yaitu menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri, mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata, menghindari ketergantungan kepada orang lain, bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit, selalu merujuk masalah kepada Allah swt (Maqasid at-Tawhid, hal. 20)
6.    Abu ‘ala al-maududi
Dalam Mabadi’ al-Islam (hal. 17), “Tasawuf adalah kenyataan yang tandanya adalah cinta kepada Allah dan Rasul saw, di mana sesorang meniadakan diri mereka karena tujuan mereka (Cinta), dan seseorang meniadakan dari segala sesuatu selain cinta Allah dan Rasul”
“Tasawuf mencari ketulusan hati, menyucikan niat dan kebenaran untuk taat dalam seluruh perbuatannya.”

C.  Tokoh-tokoh ulama tasawuf
Banyak sekali tokoh-tokoh ulama tasawuf yang tersohor dari zaman dahulu, di bawah ini akan di jelaskan beberapa diantaranya adalah :
1.    Sufyan ats-sauri
Nama lengkapnya adalah: Sufyan bin Said bin Masruq bin Rafi’ bin Abdillah bin Muhabah bin Abi Abdillah bin Manqad bin Nashr bin Al-Harits bin Tsa’labah bin Amir bin Mulkan bin Tsur bin Abdumanat Adda bin Thabikhah bin Ilyas. Beliau lahir pada tahun 77 H. ayahnya adalah seorang ahli hadits ternama, yaitu Said bin Masruq Ats-Tsauri.
Keilmuan sufyan ats-sauri sangatlah luas dan dalam bagaikan lautan, hal ini terlihat dari pujian beberapa ulama terkemuka pada saat itu kepada beliau, selain keilmuannya yang luas beliau mempunyai sifat-sifat yang mulia seperti yang telah di tuturkan oleh al-Hafidz ia berkata :
 “Sufyan adalah pimpinan orang-orang zuhud, banyak melakukan ibadah dan takut kepada Allah. Ats-Tsauri juga pimpinan orang-orang yang mempunyai hafalan yang kuat, dia banyak mengetahui tentang hadits dan mempunyai pengetahuan tentang ilmu fikih yang mendalam. Ats-Tsauri juga seorang yang tidak gentar cercaan dalam membela agama Allah. Semoga Allah mengampuni semua kesalahannya, yaitu kesalahan-kesalahan yang bukan hasil ijtihad.” 

Beberapa kata-kata mutiara dari beliau adalah:

Dari Yahya bin Yaman, dia berkata, “Sufyan menceritakan sebuah hadits kepada kami, ‘Isa bin Maryam ‘Alaihis Salam telah berkata: mendekatlah kalian kepada Allah dengan membenci orang-orang yang berbuat maksiat dan dapatkanlah ridha-Nya dengan menjauhi mereka.” 

Dari Abdulah bin Bisyr, dia berkata, “Aku mendengar Sufyan berkata, ‘Sesungguhnya hadits itu mulia, barang siapa menginginkan dunia dengan hadits maka dia akan mendapatkannya, dan barangsiapa menginginkan akhirat dengan hadits maka dia juga akan mendapatkannya.” 
Sufyan juga mengatakan, “Hendaknya kamu menjadi orang yang senang mengamalkan terhadap apa yang telah dia katakan dan menjadi bukti dari ucapannya, atau mendengar ucapannya sendiri. Jika kamu meninggalkannya maka kamu akan menjadi orang celaka. Dan Hendaknya kamu jangan mencintai kekuasaan, barangsiapa mencintai kekuasaan melebihi cintanya dengan emas dan perak, maka dia menjadi orang yang rendah. Seorang ulama tidak akan menghiraukan kekuasaan kecuali ulama yang telah menjadi makelar, dan jika kamu senang dengan kekuasaan maka akan hilang jati dirimu. Berbuatlah sesuai dengan niatmu, ketahuilah sesungguhnya ada orang yang diharapkan orang-orang disekitarnya agar cepat mati. Wassalam.” 
Adz-Dzahabi berkata, “Menurut pendapat yang benar, Sufyan meninggal pada bulan Sya’ban tahun161 H, Al-Waqidi juga mengatakan demikian, sedangkan Khalifah meragukannya dan dia berkata bahwa meninggalnya Sufyan adalah pada tahun 162 H.
2.    Rabi’al al-Adawiyah
Rabi’ah adalah anak keempat dari empat saudara. Semuanya perempuan. Ayahnya menamakan Rabi’ah, yang artinya “empat”, tak lain karena ia merupakan anak keempat dari keempat saudaranya itu.
Rabi’ah al-Adawiyah adalah seorang sufi wanita yang nama dan ajaran-ajarannya telah memberi inspirasi bagi para pecinta Ilahi. Rabi’ah adalah seorang sufi legendaries. Sejarah hidupnya banyak diungkap oleh berbagai kalangan, baik di dunia sufi maupun akademisi. Rabi’ah adalah sufi pertama yang memperkenalkan ajaran Mahabbah (Cinta) Ilahi, sebuah jenjang (maqam) atau tingkatan yang dilalui oleh seorang salik (penempuh jalan Ilahi).
Rabi’ah memang tidak mewarisi karya-karya sufistik, termasuk sya’ir-sya’ir Cinta Ilahinya yang kerap ia senandungkan. Namun begitu, Sya’ir-sya’ir sufistiknya justru banyak dikutip oleh para penulis biografi Rabi’ah, antara lain J. Shibt Ibnul Jauzi (w. 1257 M) dengan karyanya Mir’at az-Zaman (Cermin Abad Ini), Ibnu Khallikan (w. 1282 M) dengan karyanya Wafayatul A’yan (Obituari Para Orang Besar), Yafi’I asy-Syafi’i (w. 1367 M) dengan karyanya Raudl ar-Riyahin fi Hikayat ash-Shalihin (Kebun Semerbak dalam Kehidupan Para Orang Saleh), dan Fariduddin Aththar (w. 1230 M) dengan karyanya Tadzkirat al-Auliya’ (Memoar Para Wali).
Sepanjang sejarahnya, konsep Cinta Ilahi (Mahabbatullah) yang diperkenalkan Rabi’ah ini telah banyak dibahas oleh berbagai kalangan. Sebab, konsep dan ajaran Cinta Rabi’ah memiliki makna dan hakikat yang terdalam dari sekadar Cinta itu sendiri. Bahkan, menurut kaum sufi, Mahabbatullah tak lain adalah sebuah maqam (stasiun, atau jenjang yang harus dilalui oleh para penempuh jalan Ilahi untuk mencapai ridla Allah dalam beribadah) bahkan puncak dari semua maqam. Hujjatul Islam Imam al-Ghazali misalnya mengatakan, “Setelah Mahabbatullah, tidak ada lagi maqam, kecuali hanya merupakan buah dari padanya serta mengikuti darinya, seperti rindu (syauq), intim (uns), dan kepuasan hati (ridla)”.
Rabi’ah kemudian mengatakan, “Ketika mendengar peringatan itu, kutanggalkan hati ini dari dunia dan kuputuskan harapan duniawiku selama tiga puluh tahun. Aku salat seakan-akan ini terkahir kalinya, dan pada siang hari aku mengurung diri menjauhi makhluk lainnya, aku takut mereka akan menarikku dari diri-Nya, maka akau katakana, “Ya Tuhan, sibukkanlah hati ini dengan hanya menyebut-Mu, jangan Engkau biarkan mereka menarikku dari-Mu.”
3.    Hasan al-Bashri
Nama asli dari Hasan Al-Basri adalah Abu Sa’id Al Hasan bin Yasar. Beliau dilahirkan oleh seorang perempuan yang bernama Khoiroh, dan beliau adalah anak dari Yasaar, budak Zaid bin Tsabit. tepatnya pada tahun 21 H di kota Madinah setahun setelah perang shiffin.
Dalam pengenalan Tasawuf beliau mendapatkan ajaran tasawuf dari Huzaifah bin Al-Yaman, sehinggan ajaran itu melekat pada dirinya sikap maupun perilaku pada kehidupan sehari-hari. Dan kemudian beliau dikenal sebagai Ulama Sufi dan juga Zuhud. Dengan gigih dan gayanya yang retorik, beliau mampu membawa kaum muslim pada garis agama dan kemudian muncullah kehidupan sufistik.
Hasan Al Basri mangumpamakna dunia ini seperti ular, terasa mulus kalau disentuh tangan, tetapi racunnya dapat mematikan. Oleh sebab itu, dunia ini harus dijauhi dan kemegahan serta kenikmatan dunia harus ditolak. Karena dunia bisa membuat kita berpaling dari kebenaran dan membuat kita selalu memikirkannya.

Beberapa ajaran tasawufnya adalah :
ü Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tentram lebih baik dari pada rasa tentram yang menimbulkan perasaan takut.
ü Dunia adalah negeri tempat beramal.barang siapa bertemu dunia dengan perasaan benci dan zuhud, ia akan berbahagia dan memperoleh faedah darinya. Namun,barang siapa yang bertemu dunia dengan perasaan rindu dan hatinya bertambal dengan dunia, ia akan sengsara dan akan berhadapan dengan penderitaan yang tidak akan di tanggungnya.
ü Tafakur membawa kita pada kebaikan dan selalu berusaha untuk mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan jahat menyebabkan kita bermaksud untuk tidak mengulanginya lagi. Sesuatu yang fana’ betapapun banyakya tidak akan menyamai sesuatu yang baqa betapapun sedikitnya. Waspadalah terhadap negeri yang cepat datang dan pergi serta penuh tipuan.
ü dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali ditinggalkan mati suaminya.
4.    Sayyidi Syekh Ma'ruf al-Karkhi
Syaekh Ma'ruf Al Karkhi Merupakan Rujukan Sanad ( silsilah Bersambung ) Seluruh Tarekat Yang Tersebar Di seluruh Penjuru Dunia. Syekh Ma'ruf al- Karkhi, dilahirkan di kota Karkh kemudian pindah ke Baghdad ibu kota negara Bani Abbasiyah. Karkh yang menurut sebagian pakar ahli sejarah merupakan bagian dari kota Baghdad dan menurut sebagian lagi mengatakan Karkh berada di luar kota Baghdad di sebelah Timur.
Setelah sekian lama ia memeluk agama Islam di bawah bimbingan Ali bin Musa al-Ridha, dan setelah ia pulang dengan mengatakan bahwa ia telah memeluk agama Islam, maka kemudian disusul oleh kedua orang tuanya. Ma'ruf al-Karkhi mempelajari agama Islam melalui sejumlah ulama di Baghdad yang di antaranya Daud al-Thai, Bakar bin Humais dan Farqad as-Subkhi. Karena ketekunannya dan ketabahannya dalam menuntut ilmu pengetahuan dan khususnya ilmu tasawuf, ia berhasil menjadi yang terkemuka di Baghdad. Ia membuka halaqah pengajian dan di antara murid-muridnya yang terkenal di kemudian hari adalah Sarri as-Saqathi. Sebagai seorang sufi ia juga di kenal di kalangan fuqaha sebagai seorang faqih.
Ma'ruf al-Karkhi menurut para peneliti tasawauf sebagai salah satu tokoh yang mengembangkan ajaran tasawuf. Ia menambah hasil perolehan jiwa dari cinta yang telah ditemukan oleh Rabiah al-Adawiyah. Menurutnya, cinta harus dilanjutkan sampai ke titik thuma'ninah (ketenangan) jiwa. Karena cinta dan ketenangan itulah yang menjadi tujuan tasawuf. Kebahagiaan yang sebenarnya dan yang kekal, bukan harta benda tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati. Kekayaan hati hanya dapat dicapai melalui ma'rifah [pengenalan] akan yang dicintai. Apabila yang dicintai telah di kenal, terwujudlah kebahagiaan dan ketenteraman dalam hati dan kecillah segala urusan kebendaan dalam penglihatan hati.
Ma'ruf al-Karkhi di pandang oleh para peneliti tasawuf sebagai tokoh penting yang merupakan pengembang ajaran tasawuf yakni memunculkan teori baru dalam tasawuf ialah melalui mencari ma'rifat sebagai inti ajaran tasawufnya. Kalau dahulu ajaran tasawuf baru berkisar berupa ajaran zuhud dan tekun beribadah untuk memperoleh keridhaan Allah. Pandangan ini berdasarkan penelitian kepada makna tasawuf itu sendiri. Di antara makna tasawuf yang dibawakan Ma'ruf al-Karkhi ialah tasawuf adalah memperoleh hakikat (ma'rifat) dan tidak mengharap sama sekali apa yang berada di tangan makhluk. Mencari hakikat tidaklah berbeda dengan mencari ma'rifat itu sendiri karena ma'rifat adalah ujung ilmu pengetahuan yang dikembangkan sufi yaitu :
Ilmu syari’at, ilmu tarekat, ilmu hakikat, dan ilmu ma’rifat.
Tausiyah Ma'ruf al-Karkhi menurut para ahli sufi, sebagai seorang sufi yang dikuasai oleh perasaan cinta yang membara kepada Allah subhanahu wata'ala seperti halnya Rabiah al-Adawiyah. Berkenaan cinta kepada Allah. Ma’ruf al-karkhi mengatakan :
"Cinta kepada-Nya bukanlah diperoleh melalui pengajaran, ia merupakan pemberian karunia tuhan “.









BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut sejarah, orang yang pertama kali memakai kata “sufi” adalah Abu Hasyim al Kufi (zahid Irak, w. 150). Sedangkan menurut Abdul Qosim Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talha bin Muhammad al Qusyairi (tokoh sufi dari Iran 376-465 H), istilah ”tasawuf” telah dikenal sebelum tahun 200 H. Tetapi ajaran pokok yang selanjutnya merupakan inti tasawuf itu baru muncul secara lengkap pada abad ke 3 Hijriyah. Pada abad ke 2 Hijriyah itu belum diketahui adanya orang-orang yang disebut sufi; yang terlihat adalah aliran Zuhud (penganutnya disebut zahid).
Secara bahasa tasawuf diartikan sebagai Sufisme (bahasa arab: تصوف ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.
Tokoh-tokoh ulama tasawuf pada zaman dahulu sangatlah banyak diantaranya seperti al Hasan al Basri, abu Hasyim al Kufi, Sufyan as Sauri, Fudail bin Iyad, Rabi’ah al Adawiyah dan Makruf al Karkhi dan lebih-lebih lagi mereka yang hidup pada abad-abad berikutnya seperti al Bistaami, al Halaj, Junaid al Bagdadi, al Harawi, al Gazali, Ibn Sab’in, Ibni Arabi, abu al Farid, Jalaluddin ar Rumi


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia